Selasa, 08 September 2015

Take Off My Red Shoes


Quote Favoritku : Kamu gak berhak benci kepada orang yang sayang sama kamu

Demi melunasi utang atas janjiku pada Inayah Syar mengenai Take Off My Red Shoesnya saya akhirnya berhasil juga membuat tulisan ini. Cukup berat juga sebenarnya menyelesaikan postingan ini karena aku mengetik ini di sela-sela flu yang melanda. Saya menjadi cukup khawatir akan nasib laptopku setelah dihujani cairan organik yang keluar dari hidung dan mulutku. Anyway bagaimanapun juga saya merasa tersanjung jika komentar-komentar payah dari seorang Rahmat Sapar masih mau dibaca olehmu Nay.

Kalimat pertama yang terpikir saat akan membuat postingan ini adalah “Aku sangat menikmati novel ini”. Membaca Take Off My Red Shoes ini seperti sedang menonton movie keluaran tahun 90an yang bercerita mengenai tokoh utamanya yang ternyata di akhir cerita terungkap adalah sumber segala masalah di awal cerita.  Bagi anak yang seangkatan dengan saya yang masih 14 tahun ini pasti mengerti apa yang saya maksud. Pernah nonton film Identity kan? Kira-kira seperti itulah benang merah kisah yang akan kamu temukan di novel ini.
Sejujurnya ingatan saya mengenai dongeng sepatu merah ini sedikit samar-samar. Saya yakin pernah menontonnya di minggu pagi di tahun 90an. Kala itu ada acara kartun di salah satu stasiun TV yang menayangkan dongeng-dongeng dunia tiap minggunya. Alice in wonderland, gadis berkerudung merah, gadis penjual korek api, jack dan kacang ajaib dan salah satunya saya yakin dongeng sepatu merah ini. Karena ingatan saya sedikit kabur jadi saya skip saja bagian seberapa banyak Take Off My Red Shoes yang berasal dari dongeng ini.

Merah. Saya pribadi suka merah. Mungkin tak segila karakter Atha di novel ini tapi saya bisa memahami bagaimana warna itu bisa menyihir Atha dan membuatnya jadi terobsesi. Mungkin saya dan Atha punya ikatan batin juga jadi mungkin saya tertukar dengan Alia waktu kecil. (Ini kenapa jadi berasa sinetron putri yang di tukar yah?) Seperti biasa Nay kamu selalu bisa membangun karakter tokoh di setiap novel-novel mu dan saya selalu suka itu. Mengenal Atha, Alia, Kegan, dan Ares rasanya seperti mengenal orang asli melalui tulisan, karakternya selalu hidup.

Plot dan alurnya novel ini meski locat-loncat tidak terlalu membuat pusing kok. Agak ketebak lagi sih buat saya tapi tenang saja karena saya yakin anak yang lahir tahun 2000an tak bisa menebak dengan baik. Haha2015x. Efek banyak menonton film keluaran 90an sih ! Entah kenapa meski saya sudah bisa menebak endingnya seperti apa saya setengah berharap sebuah ending yang berbeda. Saya lebih prefer ke sebuah ending menggantung di novel ini, pasti hasilnya lebih epic. Tak usah ada penyelesaian konflik dan epilogue-nya saya berharap bukan sebuah adegan romantis Kegan dan Atha, tetapi Atha akhirnya di vonis sembuh oleh psikiater tapi ternyata itu semua adalah kebohongan lain yang dilakukan oleh Atha, kira-kira di gambaran saya endingnya seperti itu.

Di novel-novel sebelumnya saya selalu mengkritik soal setting yang kurang di eksplor, namun di novel ini luar biasa bagus. Meningkat signifikan, love it ! Lalu di novel-novel sebelumnya terlalu banyak percakapan, tapi di novel ini porsi adegan, gambaran setting, penjelasan mengenai sesuatu dan perasaan serta percakapannya pas. Enak banget di bacanya. Saat membaca novel ini waktu terasa menjadi sangat singkat, ini mengindikasikan bahwa novel Take off my red shoes ini tidak membosankan.

Satu hal lagi kalau boleh saran nama tokohnya buat lebih berbeda satu sama lain. Saya sih gak masalah cuma kemarin ada yang mengeluh ke saya katanya dia sempat bingung Athalia dan Natasha itu jika nama pendeknya Atha atau Alia membuat dia bingung. Athalia bisa di singkat Atha dan juga Alia itu katanya yang membuat dia bingung di 2 bab awal.

Oke, saya rasa sudah banyak celotehan dari saya. Semoga terus berkembang yah Nay rasanya sekarang kamu sudah terlalu jauh, Saya masih optimis suatu hari nanti bisa menelurkan sebuah tulisan dalam bentuk novel juga meski rasanya sudah susah buat saya mengejar mu. Jadi teringat saat kita sama-sama belajar menulis. Ckckckck !